Kita semua terlahir kembali sebagai manusia dengan membawa energi kita sendiri masing-masing. Diantaranya adalah energi kesadaran, energi kesiddhian, energi karma, energi kebiasaan, energi kecenderungan pikiran, dsb-nya.
Salah satu istilah untuk menunjuk pada energi kelahiran kita di Bali disebut "melik". Sebab dari kelahiran orang yang melik, sebenarnya disebabkan karena energi kesiddhian dan energi karma kita sendiri yang kita bawa dari kehidupan sebelumnya. Yaitu, umumnya orang melik, di kehidupan mereka sebelumnya melakukan praktek spiritual tertentu yang ada kaitannya dengan kesiddhian [kesaktian]. Praktek spiritual tersebut menghasilkan kekuatan energi tertentu, yang ikut terbawa sebagai energi kesiddhian dan energi karma ke dalam kelahiran sekarang. Inilah yang sesungguhnya terjadi pada orang melik.
Pertanda orang melik berbeda-beda tergantung bagaimana di kehidupan sebelumnya. Yaitu memiliki salah satu atau beberapa dari 12 [dua belas] pertanda melik sebagai berikut ini :
I. Secara alami memiliki salah satu atau beberapa pertanda spiritual sebagai berikut [MELIK ADNYANA] :
== 1]. Secara alami [tanpa melakukan praktek spiritual apapun] memiliki kepekaan tentang energi, misalnya dapat mendeteksi energi seseorang, atau dapat mendeteksi energi suatu tempat, dsb-nya, sebagai pertanda bahwa di kehidupan sebelumnya sudah mencapai tingkatan jnana kepekaan terhadap energi.
== 2]. Secara alami [tanpa melakukan praktek spiritual apapun] bisa mendengarkan suara-suara dari alam niskala [alam tidak kelihatan], sebagai pertanda bahwa di kehidupan sebelumnya sudah mencapai tingkatan jnana mendengar alam niskala.
== 3]. Secara alami [tanpa melakukan praktek spiritual apapun] bisa melihat kehadiran hantu atau mahluk-mahluk halus lainnya, sebagai pertanda bahwa di kehidupan sebelumnya sudah mencapai tingkatan jnana mata spiritual [mata ketiga, trineta] terbuka.
== 4]. Seringkali mimpi yang menjadi kenyataan [melihat masa depan melalui mimpi], sebagai pertanda bahwa di kehidupan sebelumnya sudah mencapai tingkatan jnana dapat meramal masa depan.
== 5]. Seringkali mimpi tentang alam-alam suci, atau sering mimpi didatangi para Dewa-Dewi, atau sering mimpi didatangi orang-orang suci, sebagai pertanda bahwa secara niskala dituntun dan dijaga oleh Ista Dewata pelindung, atau oleh Dharmapala.
== 6]. Seringkali mimpi terbang dan telanjang bulat, sebagai pertanda bahwa di kehidupan sebelumnya sudah mencapai tingkatan spiritual yang sangat tinggi dan mendalam.
II. Memiliki salah satu atau beberapa tanda kelahiran sebagai berikut [MELIK CECIREN] :
== 7]. Pada tubuhnya ada tanda kelahiran berbentuk Omkara, atau berbentuk senjata Dewa seperti Bajra, Gada, Nagapasa, Chakra, Trisula, dsb-nya, atau berbentuk unsur panca maha bhuta seperti api, atau berbentuk simbol-simbol spiritual lainnya seperti bunga padma, swastika, dsb-nya.
== 8]. Pada rambut di kepalanya memiliki usehan [user-user] sebanyak 3 [tiga] atau lebih.
== 9]. Pada lidahnya sebagian berwarna hitam [lidahnya poleng atau belang].
== 10]. Pada kemaluannya terdapat tahi lalat.
== 11].Ketika menginjak usia tertentu, secara alami muncul gimbal [rambut plusut atau dreadlock] pada rambutnya.
== 12]. Pada waktu kelahirannya terlilit oleh tali pusar.
Jika memiliki salah satu atau beberapa dari 12 [dua belas] pertanda tersebut, berarti orang melik. Semakin banyak tandanya, semakin keras meliknya.
Hal utama yang sangat penting dalam kehidupan orang melik adalah kewajiban atau kebersediaan dirinya untuk melanjutkan praktek spiritual dharma-nya dari kehidupan sebelumnya. Terutama karena terdapat suatu kecenderungan, yaitu orang melik cenderung hidupnya akan berjalan dengan banyak hambatan dan rintangan, atau hidupnya kacau dan banyak masalah, atau bahkan kadang-kadang terjadi orang melik akan berumur pendek.
Hal itu disebabkan oleh 2 [dua] faktor. Yaitu sebagai berikut.
[1]. Karena orang melik di dalam dirinya memiliki kekuatan energi yang jauh lebih besar dari orang kebanyakan.
Energi yang besar ini sangat perlu disalurkan atau diekspresikan secara spiritual, karena jika tidak maka orang melik tersebut akan mengalami gangguan emosi, seperti sensitif [mudah tersinggung], mudah marah, mudah sedih, mudah lelah, mudah depresi, dsb-nya, atau sering mengalami sakit kepala, atau sering pingsan, dsb-nya. Kadang-kadang akan muncul dalam bentuk kerauhan [kesurupan].
Jika energi yang besar ini tidak disalurkan atau diekspresikan secara spiritual dalam jangka waktu lama, energi ini dapat menjadi liar dan memantul balik, kemudian menimbulkan kekacauan bagi kehidupan orang melik seperti misalnya dia akan sering mengalami kecelakaan, atau sulit mendapat rejeki, atau sulit ketemu jodoh, atau sulit mendapat keturunan, atau tidak disukai orang, atau bercerai dengan pasangan, atau sering kena tipu, dsb-nya, atau kemungkinan lain energi ini dapat merusak tubuhnya sehingga membuat orang melik mengalami sakit yang berat [jenis sakitnya berbeda-beda tergantung masing-masing].
[2]. Karena orang melik laksana permata kemilau yang menarik perhatian para Dewa-Dewi atau para mahluk alam-alam bawah.
Secara alami orang melik laksana permata bercahaya kemilau yang akan menarik perhatian dari para Dewa-Dewi atau dari para mahluk alam-alam bawah.
Jika orang melik tersebut rajin memurnikan diri [melukat] di pura pathirtan [sumber mata air suci] yang sakral, tekun melakukan sadhana [praktek spiritual] yang tepat, jarang melakukan perbuatan atau perkataan yang berdampak menyengsarakan atau menyakiti mahluk lain, serta punya hati penuh belas kasih, penuh pengertian dan sering melakukan kebaikan-kebaikan, maka orang melik akan menarik perhatian para Dewa-Dewi. Ini merupakan langkah yang aman. Dia akan dinaungi dan dilindungi oleh para Dewa-Dewi. Kalaupun dia ada didatangi mahluk-mahluk bawah mereka datang untuk mencari pertolongan dan bukan untuk mengganggu.
Sebaliknya jika orang melik tersebut jarang memurnikan diri [melukat] di pura pathirtan yang sakral, tidak melakukan sadhana [praktek spiritual] yang tepat, sering melakukan perbuatan dan perkataan yang berdampak menyengsarakan atau menyakiti mahluk lain, punya sifat mementingkan diri sendiri, apalagi sering melakukan kejahatan, maka orang melik akan menarik perhatian dari para mahluk alam-alam bawah. Sehingga kehidupannya akan terganggu. Apalagi jika dia menjalin hubungan dengan "para Dewa-Dewi" [tapi sesungguhnya tipuan mahluk alam-alam bawah yang menyamar] atau bahkan mengikat janji dengan mereka. Ini merupakan langkah yang sangat berbahaya. Dampaknya adalah orang melik seperti ini kelak ketika meninggal akan ditarik ke alam-alam bawah. Dalam beberapa kasus yang ekstrim, bahkan orang melik seperti ini dengan sangat tidak sabar ditarik ke alam-alam bawah, bisa tiba-tiba meninggal dengan cara bunuh diri, tabrakan, dsb-nya.
Energi melik tidak akan pernah bisa hilang permanen sebelum kita mati, tidak peduli apapun upaya atau ritual yang kita lakukan. Yang bisa kita lakukan adalah mengubah energi melik ini menjadi sesuatu yang berguna, sehingga energi melik ini menjadi "karunia luar biasa" dan bukan menjadi musibah.
Orang yang melik sesungguhnya sangat beruntung. Dalam urusan spiritual, secara alami sudah jauh lebih maju dibandingkan orang-orang biasa. Ibarat dari lahir memang dipersiapkan untuk memasuki alam-alam suci para Ista Dewata atau mencapai Moksha. Dengan tekun saja melakukan praktek sadhana, membina kesadaran, menjaga diri dan tidak melakukan kesalahan fatal, sampai waktu kematian menjemput, maka sangat mungkin dapat memasuki alam-alam suci para Ista Dewata atau mencapai Moksha. Berbeda dengan orang-orang biasa yang harus berjuang keras.
Selain itu, sesungguhnya orang melik adalah berkah bagi keluarganya. Karena jika dia dengan tekun saja melakukan praktek sadhana, membina kesadaran, menjaga diri dan tidak melakukan kesalahan fatal, maka dia akan menjadi “kapal laut” yang akan mengangkut keluarganya ke samudera kebahagiaan secara sekala maupun niskala.
Energi melik ini tidak akan membuat hidup menjadi banyak hambatan dan rintangan, tidak akan membuat hidup menjadi kacau dan banyak masalah, tidak akan membuat berumur pendek, tapi sebaliknya malah akan mendatangkankeselamatan dan karunia kehidupan jika orang melik bersedia melakukan hal-hal sebagai berikut, yaitu :
[1]. Segera melakukan pewintenan Saraswati.
[2]. Rajin memurnikan diri [melukat] di pura pathirtan [sumber mata air suci] yang sakral setidaknya satu kali setiap bulan pada hari rahina suci. Ini bertujuan pertama yaitu untuk memurnikan energi melik di dalam diri, agar energi tersebut tidak menjadi energi yang mengganggu emosi, atau menjadi sakit, atau menimbulkan kekacauan bagi kehidupan.Tujuan kedua yaitu untuk untuk memurnikan energi di dalam diri karena dalam kehidupan keseharian mungkin mengalami leteh karena secara tidak sengaja mesulub di jemuran, makan minum diluar yang tidak sukla, pergi ke tempat yang energinya tidak bagus, dsb-nya.
[3]. Punya hati penuh belas kasih, penuh pengertian dan sering melakukan kebaikan-kebaikan, sehingga energi melik tersalurkan dan terekspresikan menjadi energi yang indah, yang menyembuhkan jiwa dan raga. Rasakan sendiri bagaimana mekarnya perasaan bahagia di dalam diri ketika mengekspresikan energi melik untuk menolong, menyelamatkan, atau memberikan kebahagiakan untuk mahluk lain.
[4]. Berusaha keras menahan diri dari perbuatan dan perkataan yang menyengsarakan atau menyakiti mahluk lain, serta menahan diri dari sifat-sifat mementingkan diri sendiri. Jangan terseret energi kemarahan, kebencian, keserakahan, jangan hanya memikirkan diri sendiri, jangan sedih terlalu dalam, jangan sombong, dsb-nya. Dengan tujuan agar energi melik tidak tersalurkan dan terekspresikan menjadi energi yang menyeramkan. Yang tidak saja akan membuat orang melik menarik perhatian para mahluk alam-alam bawah, tapi juga membuat energi melik menjadi energi yang mengganggu emosi, menjadi sakit, atau menimbulkan kekacauan bagi kehidupan.
[5]. Belajar dan berusaha untuk memiliki cara pandang positif terhadap diri kita sendiri, maupun kepada apa yang terjadi dalam kehidupan kita.
[6]. Belajar dan berusaha untuk banyak bersyukur pada semua berkah-berkah kehidupan yang kita miliki dan pada apa yang kita dapatkan.
[7]. Tekun mempraktekkan meditasi kesadaran [meditasi non-dualitas, advaitta-citta], sehingga energi melik tersalurkan dan terekspresikan menjadi energi spiritual yang mengangkat kesadaran orang melik pada dimensi kesadaran Atma yang tinggi.
[8]. Belajar dan berusaha semampunya untuk dapat bersikap ikhlas dan penuh kerelaan di dalam menghadapi rasa sakit dan perasaan tidak nyaman. Ketika kita disakiti orang lain atau tersakiti oleh situasi keadaan, atau ketika berada dalam situasi keadaan yang tidak nyaman, kita belajar dan berusaha semampu kita untuk menerimanya dengan tenang, damai dan keikhlasan sempurna.
[9]. Tidak melakukan hubungan seks diluar nikah. Sebab jika melakukan hubungan seks diluar nikah akan mengacaukan energi orang melik. Hanya diperbolehkan melakukan hubungan seks dengan pasangan sah [suami / istri]. Artinya sudah menikah. Karena orang menikah dalam upacara pernikahan sudah di-pasupati, serta secara niskala sudah memperoleh restu, ijin dan perlindungan dari para Ista Dewata dan leluhur kedua belah pihak. Jika orang melik belum menikah kemudian sangat terdesak sekali perlu penyaluran nafsu seks, lebih baik melakukan [mohon maaf] masturbasi. Ini merupakan pilihan yang jauh lebih baik dibandingkan melakukan hubungan seks diluar nikah. Karena energinya jauh lebih mudah untuk dimurnikan kembali.
[10]. Selektif dalam makanan dan minuman. Jangan minum-minuman beralkohol, apalagi memakai narkoba. Karena itu akan mengacaukan energi orang melik. Hindari mengkonsumsi makanan atau minuman yang diolah secara sembarangan [tidak sukla]. Bagus sekali dan sangat disarankan kalau bisa tidak memakan binatang berkaki empat.
[11]. Selektif dalam pergaulan. Hindari bergaul dekat dengan orang yang tidak baik, seperti tukang gosip, hedonis, berandalan, dan sejenisnya.
[12]. Selektif dalam memasukkan informasi ke dalam pikiran kita, seperti menonton tv, melihat berita, membaca buku, mendengarkan musik, melihat sosial media, dsb-nya. Misalnya jangan menonton sinetron dengan tema kebencian dan konflik, atau membaca berita tentang perang, kejahatan dan politik, dsb-nya.
[13]. Tidak melanggar dresta-dresta [peraturan niskala] yang ada di suatu pura saat tirtayatra. Karena secara niskala hal ini dampaknya berbahaya bagi orang melik.
[14]. Kalau bisa hindari untuk pergi ke sembarang tempat, yaitu tempat yang energinya buruk dan liar secara niskala [sama sekali tidak ada palinggih]. Terutama sekali, hindari untuk tidur di sembarang tempat.
Jika orang melik tekun dan tulus melaksanakan semua hal diatas, itu berarti dia sedang mengubah energi melik menjadi karunia kehidupan, dia sedang membangun kedamaian sejati di dalam diri [Manah Shanti], dia sedang menambahkan banyak kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan mahluk lain, dia sedang melanjutkan perjuangan spiritualnya dari kehidupan sebelumnya, serta sekaligus juga dia sedang menapaki jalan menuju kebangkitan kesadaran Atma.Selain itu, dia akan dapat menjadi “kapal laut” yang akan mengangkut keluarganya menuju samudera kebahagiaan secara sekala maupun niskala.
Jika di sekitar kita ada anggota keluarga atau kenalan yang melik, bantu dan bimbinglah dia ke arah yang tepat. Sehingga kelak dia akan terhindar dari garis kehidupan yang buruk, serta sekaligus dapat menjadi orang yang berguna bagi keluarga dan masyarakat.
Salah satu pertanyaan yang sangat sering diajukan kepada saya adalah, apakah orang melik harus ngiring. Jawaban saya adalah orang melik tidak selalu harus ngiring.
Terlepas dari bahasan apakah orang melik hendak ngiring atau tidak, ingatlah satu pesan yang sangat penting ini.
Satu pesan sangat penting untuk semua orang melik maupun semua praktisi spiritual lainnya, adalah hendaknya kita sangat hati-hati untuk berhubungan dengan alam niskala, atau apalagi memasuki alam niskala. Karena hal itu resikonya besar. Jika kita hendak berhubungan dengan alam niskala, atau apalagi memasuki alam niskala, kita wajib harus berada dalam tuntunan dan perlindungan seorang Guru suci. Agar perjalanan kita aman dan sekaligus berjalan ke arah yang tepat.
Tapi seandainya kita tidak bisa mendapat tuntunan dan perlindungan dari seorang Guru suci, disana ada jalan alternatif lain untuk berhubungan dengan alam niskala, atau memasuki alam niskala.Di alam niskala terdapat sebuah hukum sempurna yang bekerja. Yaitu jika di dalam diri kita “sampah”, maka secara alami kita akan mengundang “lalat” untuk datang. Jika di dalam diri kita “bunga”, maka secara alami kita akan mengundang “kupu-kupu” untuk datang.Artinya, sebelum berhubungan dengan alam niskala, atau apalagi memasuki alam niskala, kita memiliki tugas penting untuk terlebih dahulu menyempurnakan kejernihan emosi kita, serta menyempurnakan belas kasih dan kebaikan kita kepada semua mahluk di alam nyata ini. Kepada manusia, kepada binatang dan semua mahluk.Nanti ketika kita sudah merasa emosi kita jernih [stabil], sudah merasa tidak punya musuh, sudah merasa belas kasih dan kebaikan kita mendalam kepada semua mahluk, disana barulah kita boleh berhubungan dengan alam niskala, atau memasuki alam niskala. Karena secara alami akan ada Ista Dewata yang menjadi Guru pembimbing kita di alam niskala. Hal itu sealami bunga yang akan mengundang kupu-kupu untuk datang.
Jadi artinya jika orang melik memiliki aspirasi untuk ngiring, yang berarti dia pasti akan berhubungan dengan alam niskala, atau memasuki alam niskala, dia memiliki 2 [dua] pilihan yang harus diikuti. Agar perjalanannya aman dan sekaligus berjalan ke arah yang tepat.
Pilihan pertama [1] dia wajib harus berada dalam tuntunan dan perlindungan seorang Guru suci.
Pilihan kedua [2] dia wajib harus terlebih dahulu menyempurnakan kejernihan emosinya, serta menyempurnakan belas kasih dan kebaikannya kepada semua mahluk di alam nyata.
Tetapi menurut saya pribadi yang dimana MELIK adalah orang yang memiliki kelebihan dalam hal spiritual, tetapi orang NGGIRING adalah orang orang yang mengiringi Sesuhunan atau Betara Betari, Dewa Dewi yang ada, menurut saya pribadi orang MELIK sudah Pasti NGIRING tetapi orang NGIRING belum tentu MELIK.